Warga di Senggigi Ramai-Ramai Membuat Bubur Asyura, Tradisi Menyambut Tahun Baru Islam

  • Jul 21, 2024
  • Admin Desa Senggigi

LOMBOK BARAT - Ada tradisi unik yang terus dilestarikan masyarakat dusun Kerandangan, Desa Senggigi, Kecamatan Batulayar, Kabupaten Lombok Barat (Lobar) dalam memperingati tahun baru Islam yakni membuat bubur Asyura. Dalam tradisi ini warga bahu membahu membuat bubur puteq (bubur putih) untuk kemudian dibagikan kepada warga.

Tradisi membuat bubur Asyura atau yang lebih dikenal dengan sebutan bubur puteq ini, menjadi rutinitas masyarakat dusun Kerandangan setiap tahunnya. Biasanya acara ini dilaksanakan di hari Jumat, pada minggu kedua bulan Muharram.

Bukan tanpa alasan, warga Dusun Kerandangan setiap tahunnya selalu memilih peringatan Bubur Puteq dilaksanakan pada hari Jum’at, dengan karena bubur puteq ini pembuatannya dilakukan secara bergotong royong dan pada hari Jum’at inilah warga biasanya berkumpul.

Dari pantauan media, Jumat (19/07/2024), terlihat warga begitu antusias mengikuti acara tersebut. Ada yang bertugas mengupas bawang, membuat santan, memotong sayur maupun memotong daging serta menggoreng telur. Dalam hal ini, dilakukan oleh kaum ibu-ibu.

Sementara khusus untuk para laki-laki, bertugas membuat bubur menggunakan panci dandang ukuran besar. Disinilah peran mereka (para laki-laki) sangat diperlukan karena letak kesulitan dalam membuat bubur ini ketika mengaduk dalam jumlah besar.

Kepala Dusun Kerandangan, Harnaum Minan Naum mengatakan, peringatan Bubur Puteq ini selalu dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 10 Muharram ke atas. 

“Peringatan Bubur Putek ini merupakan salah satu bentuk kekompakan kami dan semangat kebersamaan jadi harus tetap dilakukan setiap tahun. Selain itu, untuk mempererat jalinan silaturahmi antar warga,” kata Kadus Kerandangan.

Ia menjelaskan tata cara pelaksanaan bubur putek ini, dimana setiap warga diminta untuk mengeluarkan bahan-bahan seperti beras, kelapa, minyak, telor dan kebutuhan lainnya untuk membuat bubur putek ini, kemudian dikerjakan secara bergotong-royong, mulai dari awal pelaksanaan sampai bubur tersebut matang.

“Setelah matang, para ibu-ibu dipersilahkan untuk membawa pulang sebagian agar keluarga di rumah dapat menikmati sementara sebagian lagi disajikan untuk para jama’ah yang melaksanakan shalat Jum’at,” beber Harnaum.

Sambung Harnaum, setelah selesai shalat Jum’at, acara dilanjutkan dengan zikir dan doa bersama. Barulah bubur disajikan bersama dengan air minum, kopi atau teh hangat.

“Cara penyajiannya tergolong cukup unik, jika biasanya bubur disajikan dengan tampilan biasa. Tapi bubur putek yang ini dilengkapi dengan telor goreng yang dipotong-potong ditambah bawang goreng dan parutan kelapa yang sudah dicampur kunyit. Tentu ini semakin menambah rasa nikmatnya bubur putek ini,” bebernya.

Harnaum juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh warga yang telah mendukung terselenggaranya acara peringatan Bubur Putek tersebut.

"Terima kasih kepada seluruh masyarakat Kerandangan dan Desa Senggigi atas dukungannya. Insya Allah kami akan tetap memperingati bubur putek ini setiap tahunnya," katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Senggigi, Mastur menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada warga dusun Kerandangan yang begitu kompaknya dalam melestarikan tradisi-tradisi yang selalu dilakukan oleh orang tua zaman dulu. Diakuinya, bubur putek ini sekarang sudah jarang terlihat dibeberapa daerah.

"Bubur putek ini merupakan salah satu budaya leluhur yang harus dilestarikan, termasuk di daerah pariwisata seperti Senggigi ini. Oleh karena itu, saya berharap di semua dusun akan membuat acara yang sama, untuk mengangkat kembali makanan tradisional daerah kita ke kancah Nasional. Dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti ini, maka kegotong-royongan dan silaturahmi masyarakat itu akan tetap tumbuh dan tetap terjaga sampai kapanpun," pungkasnya. (HMS).